Siapa yang tak tahu kota Batam? Hampir masyarakat pernah mendengarnya, hanya saja ada yang pernah berkunjung ke batam, dan hanya sekedar mendengar saja.

Batam adalah salah satu pulau yang berada di antara perairan Selat Malaka dan Selat Singapura. Penduduk asli Pulau Batam diperkirakan adalah orang-orang Melayu yang dikenal dengan sebutan Orang Selat atau Orang Laut. Penduduk ini telah menempati wilayah Pulau Batam sejak zaman kerajaan Tumasik (sekarang menjadi Singapura) di penghujung abad ke-13. Dari catatan lain ditemukan kemungkinan Pulau Batam telah didiami oleh Orang Laut sejak tahun 231 M yang di zaman Tumasik disebut Pulau Ujung. Pada masa jaya Kerajaan Malaka, Batam berada di bawah kekuasaan Laksamana Hang Tuah. Setelah Malaka jatuh kekuasaan atas kawasan Pulau Batam dipegang oleh Laksamana Hang Nadim yang berkedudukan di Bentan (sekarang menjadi Pulau Bintan). Ketika Hang Nadim menemui ajalnya, pulau ini berada di bawah kekuasaan Sultan Johor sampai pertengahan abad ke-18. Dengan hadirnya kerajaan di Riau Lingga dan terbentuknya jabatan Yang Dipertuan Muda Riau, maka Pulau Batam beserta pulau-pulau lainnya berada di bawah kekuasaan Yang Dipertuan Muda Riau sampai berakhirnya kerajaan Melayu Riau pada tahun 1911. Pada abad ke-18 Lord Minto dan Raffless dari Inggris melakukan barter dengan pemerintah Hindia Belanda sehingga Pulau Batam yang merupakan pulau kembar dengan Singapura diserahkan kepada pemerintah Belanda. Di abad ke-19, persaingan antara Inggris dan Belanda amat tajam dalam upaya menguasai perdagangan di perairan Selat Malaka. Bandar Singapura yang maju dengan pesat, menyebabkan Belanda berusaha dengan berbagai cara menguasai perdagangan melayu dan perdagangan lain yang melalui jalur itu. Akibatnya banyak pedagang menyusup ke Singapura secara sembunyi-sembunyi. Pulau Batam yang dekat dengan Singapura sering dimanfaatkan untuk berlindung dari gangguan patroli Belanda.

Saat ini cukup 30 – 45 menit untuk mencapai Singapura menggunakan ferry dari pelabuhan Sekupang atau Batam Center di Batam. Dengan kondisi geografis yang sangat strategis, Batam ibarat gula yang dikerubungi semut menjadi satu kota distrik yang menjanjikan untuk meraih untung dalam berbisnis. Tak heran berpuluh-puluh ruko (rumah toko), Shopping Mall, Lokasi Entertainment dan hotel dibangun dilahan-lahan kosong tengah kota, sehingga Batam benar-benar ibarat magnet yang menarik orang untuk berbisnis, tinggal, atau sekedar transit disini. Selama perjalanan di Batam, secara tidak sengaja Penulis menjumpai beberapa etalase penjual Batu Mulia dan Batu Akik, dengan kilatan pancaran batu mulia yang membuat penulis sedikit tertegun menatapnya.
Kilatan Batu Mulia di Nagoya Hill-Batam

Nagoya Hill adalah nama sebuah Shoping Mall (SM) di kota Batam, tepatnya dikawasan Nagoya, berdekatan dengan pusat penjualan handphone Lucky Plasa. Tidak hanya hypermarket yang beradu untung dengan pasar rabat yang lain, tapi juga ada Matahari yang kita kenal selalu menawarkan busana berbandrol diskon besar-besaran. Selain tempat belanja, di kawasan sekitar SM Nagoya Hill terdapat puluhan resto yang siap melayani hasrat kelaparan pengunjungnya. Rupanya tak hanya itu. Tepat didepan Hypermarket terdapat stand penjualan Batu Mulia yang cukup menarik perhatian penulis dan pengunjung yang datang.

Batu Mulia dan Batu Akik yang ditawarkan disini sangat bagus, berkualitas, dan sangat lengkap. Sebutlah Safir Ceylon (plus ster) berbagai ukuran, Topas, Kalimaya (Opal), Ruby Birma, Ruby Madagaskar, sedangkan yang masuk dalam golongan Batu Akik terlihat Rambut Cendana, Akik Panca warna, Pirus, bahkan Badar besi pun ada. Dan hampir semua akik yang ditawarkan berasal dari thailand serta khawasan-khawasan seputar asia, walaupun ada beberapa yang dari pacitan serta kalimantan. Harga yang ditawarkan untuk Safir Ceylon yang berukuran besar sekitar Rp 17,5 Juta, yang agak kecil Rp 6,5 Juta. Harga yang sangat fantastis bagi yang paham batu, dan harga yang tak masuk akal bagi yang tidak menyukai Batu Mulia.

Tapi jangan salah, Safir yang ditawarkan kualitasnya sangat bagus, dan memiliki ster berjumlah 6. ”Ini asli gosokan dan bukan ster suntikan” tukas pak Amin penjual batu ini. Sambil menikmati indahnya batu-batu yang diterpa lampu sorot, mata penulis tertuju pada keindahan Akik Panca warna yang dipasang disudut etalase. Rupanya Akik Panca Warna ini bukan berasal dari Indonesia, tapi dari Thailand…pantas kalo dibandrol seharganya Rp 500.000,- sangat berbeda jauh dengan harga akik panca warna di rawa bening Jakarta-Timur yang dapat ditawar seharga Rp 75.000,- tapi berasal dari pacitan.
Mungkin ada perbedaan proses teknologi pemotongan dan penggosokan yang dilakukan para produsen Indonesia dan di Luar negeri (misal Thailand, Srilangka, dan negara penghasil lainnya). Inilah yang membuat harga pasaran batu Mulia dan Batu Akik yang berasal dari luar memiliki kualitas sangat bagus dan indah (dari Ketajaman serat batu, serta pancaran cahaya yang dihasilkan). Tak heran mereka berani memberi harga belasan Juta untuk batu-batu ini, walaupun sebenarnya bisa di nego. Cuma walau masih nego, untuk ukuran saat ini dimana harga minyak, dan bahan pokok lainnya merangkak naik, hasil negonya pun masih tetap berasa mahal.
Etalase Julian Permata di Bandara Hang Nadim-Batam

Sore menjelang petang, langit batam meredup dengan hadirnya awan gelap disekitar area bandara, pintu gerbang langit dimana orang berlalu lalang untuk masuk dan keluar kota Batam. Setelah berjalan sekitar 40 menit melesat dari kota, akhirnya sampailah penulis di Bandara Hang Nadim. Memasuki area check in dan melangkah naik ke lantai dua, penulis kembali menemukan satu Etalase Batu Mulia Julian-Permata. Lagi-lagi penulis mempersilahkan keinginan hatinya untuk melongok sekedar melihat dan menikmati pancaran keindahan batu Mulia yang digelar disini. Tidak berbeda jauh dengan etalase batu Mulia yang berada di SM Nagoya Hill, hampir semua Batu Mulia yang ditawarkan sangat berkualitas, dan tentu saja disini harga sedikit lebih mahal. Karena pasar dan biaya sewa stand yang mungkin dibebankan pada harga batu-batu ini.
Cuma saja penulis tidak menjumpai adanya Batu Akik ditawarkan disini. Semua adalah Batu Mulia, seperti Safir, Topas, Aquamarine, Quartz, Zamrud, dan Ruby Birma. Sekilas penulis melihat satu batu dengan dua warna (merah dan putih) yang berasal dari golongan batu Mulia Ruby Birma. Harga yang ditawarkan dengan ukuran kecil cukup fantastis sekitar Rp 2.500.000,- belum diikat menggunakan emas ataupun perak. Jangan bandingkan harga disini dengan di PGJ Jakarta Timur, karena jelas-jelas barang yang ditawarkan dibandara tentu saja untuk segmen masyarakat yang dilihat mapan dari sisi ekonomi. Walaupun dengan ukuran Ruby birma sekecil itu tentu saja cukup mahal bila dibandingkan dengan harga pasaran di PGJ atau Pasar Rawa Bening – Jakarta. Selain ruby birma, penulis sempat bertanya tentang pasaran Safir Ceylon yang ditawarkan. Harga disini tidak semahal di nagoya hill, cukup Rp 5 juta kita sudah bisa membawa pulang 1 buah Safir Ceylon ukuran sedang. Tapi setelah diteliti, rupanya kualitas Safir di Nagoya Hill jauh lebih bagus dan kristalnya mantap di banding yang ditawarkan di Bandara Hang-Nadim. Sebenarnya pasar batu Mulia cukup bagus, hanya saja untuk Batu Mulia harganya diatas pasaran Batu Mulia di jakarta. Hal ini mengganggu persepsi masyarakat bahwa barang-barang di Batam harganya miring. Mungkin untuk elektronik bisa jadi miring. Taoi kalau untuk Batu Mulia yang memiliki kelas dan golongan peminat tersendiri rupanya hukum harga murah di Batam tidak berlaku lagi. Berangkat dari sini, bisa kita simpulkan bahwa sebenarnya penggemar Batu Mulia memiliki kelas tersendiri seperti kolektor-kolektor barang antik, mobil kuno, atau yang lain, karena untuk memenuhi hasrat keinginan akan Batu Mulia, kolektor harus merogoh kantong setelah semua kebutuhan pokok hidupnya terpenuhi. Artinya masih ada uang lebih setelah memenuhi kebutuhan primer dalam hidupnya.
Nikmatnya Sop Ikan Yongki-Batam

Batam bukan hanya dikenal sebagai pusat bisnis elektronika, handphone, ataupun barang yang lain. Makanan khas yang cukup terkenal yang berasal dari Batam adalah Sop Ikan dengan Brand nya Sop Ikan – Yongki – Batam. Melewatkan waktu berlabuh di kota Batam, rasanya ada yang kurang bila tidak menyempatkan diri untuk mampir sejenak menikmati kelezatan di Sop Ikan Yongki ini. Makanan utama yang ditawarkan adalah Sop Ikan, yang terdiri dari bermacam-macam seafood didalamnya. Tak hanya itu, untuk memenuhi hasrat lapar pelanggannya, Resto ini juga menyediakan menu makanan yang beragam, seperti ayam goreng kering, ayam goreng tepung, serta makanan lain yang rasanya tak kalah menarik dengan Sop Ikan. Lokasi Sop Ikan Yongki di Batam ada beberapa tempat, bahkan cabang dibuka sampai Jakarta, Medan, dan Bandung. Untuk di Batam sendiri lokasi yang paling ramai adalah Sop Ikan yang berada di area pertokoan Nagoya. Ketika jam mendekati pukul 12.00, secara sporadis para peminat Sop Ikan ini berdatangan dan mulai memadati hampir semua tempat duduk yang tersedia dari lantai satu sampai lantai dua. Semua iramanya adalah sama yaitu “I want to take a lunch”.

Tak heran bila terlambat sedikit untuk bersantap makan siang, kita musti rela menunggu sambil menahan lapar. Kenikmatan Sop Ikan ini sebenarnya tidak sebanding dengan kemurahan harga yang ditawarkan. Cukup dengan Rp 21.000,- kita sudah bisa merasakan kelezatan menikmati Sop Ikan Yongki khas kota Batam disertai dengan segelas teh obeng. Lokasi di Nagoya cukup strategis, karena berada di tengah pertokoan yang menawarkan barang-barang seperti elektronik, sepatu, dompet, serta diantara toko yang menawarkan oleh-oleh khas batam seperti coklat roka dan makanan lain. Bagi anda yang sempat berlabuh ke batam, jangan sampai terlewat untuk menyempatkan mampir ke Sop Ikan Yongki di Batam, rasakan nikmatnya sop Ikan dengan cucuran keringat karena kelezatannya.
0 komentar:
Posting Komentar